BOOKING TIKET PESAWAT

Balik kanan

Balik kanan. Info sangat penting tentang Balik kanan. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai Balik kanan

Sering sekali terjadi kesimpang-siuran dan anggapan yang salah bahwa seorang distributor MLM diperah oleh perusahaan MLM dan upline-nya. Sebetulnya, seorang pegawai yang bekerja untuk perusahaan apapun harus menguntungkan perusahaannya (kalau tidak pasti dipecat). Berkaitan dengan anggapan yang salah di atas, saya ingin memberikan tambahan informasi. Sebenarnya, baik pegawai yang bekerja untuk perusahaan, maupun seorang distributor MLM sama-sama menguntungkan perusahaan yang menaungi. Walaupun demikian, distributor MLM bisa kaya, bebas waktu dan finansial karena ada di kuadran B (bisnis), sementara pegawai susah untuk kaya, bisa punya uang tapi sulit punya waktu, karena ada di kuadran E (employee). Saya ingin membandingkan MLM dengan konsep yang jelas-jelas sudah diterima oleh masyarakat luas, yaitu Franchise, di mana franchise juga termasuk dalam kuadran B (bisnis). Jadi kuadran B memberi 3 cara untuk masuk : membuat sistem bisnis sendiri (perusahaan konvensional tipe C), membeli sistem bisnis yang sudah ada (franchise) dan membeli hak akses untuk masuk ke dalam sistem bisnis yang sudah teruji (MLM). MLM sendiri disebut oleh Robert Kiyosaki sebagai Personal Franchise, atau Waralaba Pribadi, yaitu franchise untuk level pribadi, bukan perusahaan. Di Franchise : kita awalnya membayar investasi awal untuk bergabung. Nilainya besar, karena level perusahaan (corporate). Di Franchise : kita bayar sendiri semua keperluan, mulai dari tempat, pegawai, transport, konsumsi produk sendiri, dll. Seperti halnya di kantor yang selalu ada karyawan pengeluh, pamalas, tukang ngobrol, tukang telephone, suka bicara kasar, defensif, curang, sok tahu dan lain-lain, dalam membangun bisnis network-marketing juga pasti ada karakter distributor yang terkadang tidak sesuai yang diinginkan. Terkadang kita berfikir, bagaimana kita harus bersikap. Karena salah-salah, bisnis yang sudah dibangun sekian lama bisa rontok seketika. Kalau Anda sebagai upline, sebaiknya Anda lebih bijaksana : lebih banyak mengalah, dalam batas tertentu mengikuti keinginan mereka [meski sebenarnya tidak sesuai dengan keinginnan Anda], mengiyakan keinginannya, atau mungkin berdiam diri dan angkat bicara pada waktu yang tepat. Tetapi kemudian Anda berfikir, sampai kapan hal ini akan bertahan? Akankah Anda terus 'mengalah' selamanya? Dan apakah Anda akan bertahan dalam 'ketidakberdayaan' ini? Robert Bacal, penulis "The Complete Idiot's Guide to Dealing with Difficult Employees" (2000) memberi saran sebagai berikut : Pertama-tama, tanyakan pada diri Anda apakah yang bermasalah itu Anda atau dia? Apakah 'kebiasaan'-nya hanya mengganggu Anda atau semua orang? Kalau kebiasannya tsb berdampak pada semua orang, itu artinya memang dia yang bermasalah. Temui dia, dan jangan diselesaikan di milis karena di milis akan banyak komentator yang tidak diundang. Yang sebelumnya tidak bermasalah pun bisa-bisa jadi 'ingin' bermasalah.
Daniel Robin, yang membuka situs www.abetterworkplace.com berpendapat : meski banyak orang yang terganggu dengan sikapnya, tidak bijaksana kalau Anda 'membawa rombongan' [untuk menghakimi]. Sebaiknya Anda pikirkan 'efek' duplikasi yang akan menimpa jaringan Anda. Semua distributor Anda akan menduplikasi diri Anda menenempuh jalan tersebut ketika 'berselisih' dengan Anda atau upline mereka. Sebaik apapun jaringan Anda, pasti akan pernah ada 'perselisihan' ini. Mungkin bukan diri Anda, tapi antar leader di group Anda. Tinggal bagaimana Anda menyelesaikannya.


BOOKING TIKET PESAWAT
Powered By : Blogger